Spartan Space by Howard Arkley, 1992 |
Manusia memiliki
hubungan emosional dengan benda-benda, lebih baik dibandingkan hubungan tubuh
dengan tubuh. Benda bisa menjadi perantara langsung untuk menumbuhkan emosi
melalui tubuh, bukan melalui pikiran atau perasaan.
-Afrizal Malna, Kepada
Apakah
Lihatlah apa yang ada di sekitar kita. Secara
sadar maupun tidak sadar, “benda” berada dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan manusia yang membelinya. Sebuah ruang ditempati dengan sejumlah
barang dan manusia menggunakannya untuk tujuan tertentu. Dalam kubikelnya
masing-masing, manusia menjadi penimbun. Mereka membeli benda-benda pemuas
kebutuhan dan keinginannya. Mulai dari yang impulsif dari selayang pandangan
pertama, maupun yang perlu menabung terlebih dahulu. Manusia meletakkan dan
menempatkan benda-benda tersebut di kubikel mereka. Dari yang dibawa
kemana-kemana, hingga yang tersisa sampai debu menempelinya.
Perwujudan panjang tersebut melahirkan sebuah
hubungan bersiklus antara manusia-benda dalam kehidupan sehari-hari. Apakah
benda itu komplementer atau subsitusi, tetaplah siklusnya sama:
beli-pakai-buang-ganti. Latar kepemilikan adalah tentang kebutuhan dan keinginan.
Inovasi tak pernah berhenti untuk memproduksi suatu penciptaan, tak terhitung
jumlah benda,benda,benda, yang menumpuk di kubikel dan dunia secara luas. Benda
adalah kita sebagai makhluk yang
berbudaya.