/sub·lim/

Saturday, May 10, 2014

Spartan Space by Howard Arkley, 1992

Manusia memiliki hubungan emosional dengan benda-benda, lebih baik dibandingkan hubungan tubuh dengan tubuh. Benda bisa menjadi perantara langsung untuk menumbuhkan emosi melalui tubuh, bukan melalui pikiran atau perasaan.
-Afrizal Malna, Kepada Apakah


Lihatlah apa yang ada di sekitar kita. Secara sadar maupun tidak sadar, “benda” berada dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan manusia yang membelinya. Sebuah ruang ditempati dengan sejumlah barang dan manusia menggunakannya untuk tujuan tertentu. Dalam kubikelnya masing-masing, manusia menjadi penimbun. Mereka membeli benda-benda pemuas kebutuhan dan keinginannya. Mulai dari yang impulsif dari selayang pandangan pertama, maupun yang perlu menabung terlebih dahulu. Manusia meletakkan dan menempatkan benda-benda tersebut di kubikel mereka. Dari yang dibawa kemana-kemana, hingga yang tersisa sampai debu menempelinya.

Perwujudan panjang tersebut melahirkan sebuah hubungan bersiklus antara manusia-benda dalam kehidupan sehari-hari. Apakah benda itu komplementer atau subsitusi, tetaplah siklusnya sama: beli-pakai-buang-ganti. Latar kepemilikan adalah tentang kebutuhan dan keinginan. Inovasi tak pernah berhenti untuk memproduksi suatu penciptaan, tak terhitung jumlah benda,benda,benda, yang menumpuk di kubikel dan dunia secara luas. Benda adalah kita sebagai makhluk yang berbudaya.

Dari Kusen Jendela

Wednesday, April 9, 2014

Denus House oleh James Gurney. 2013.

Siluet matahari yang jatuh
dari kusen jendela
pada derajat 130
membuatku diperlihatkan
bahwa mata dan garis rahangnya
seperti milik Chairil Anwar,

Keganjilan Kucing Hitam

Wednesday, March 5, 2014


Berhenti ngekos setelah menempuh delapan semester lamanya berarti kembali mengakrabi rumah. Saya sudah sangat mapan tinggal di Depok (bukan berarti mapan keuangan, namun mapan dengan lingkungan haha), sampai-sampai sudah punya kartu belanja Hypermart terdekat dan punya langganan tukang pijit di sana. Teman bahkan sampai bercanda mengenai domisili temporer saya ini, "Kalau keluarga lagi makan bersama, bakal ada kursi kosong tak berpenghuni. Kalau lagi melewati petak-petak isi rumah, akan terlewat sebuah kamar yang sudah lama tak ditempati…".